Inilah 9 Faktor Utama Penyebab Depresi

Inilah 9 Faktor Utama Penyebab Depresi


Depresi dapat memengaruhi siapa pun di hampir semua usia. Alasan mengapa beberapa orang menjadi depresi tidak selalu diketahui. Para peneliti mencurigai sebenarnya ada banyak penyebab depresi yang berbeda dan itu tidak selalu dapat dicegah.

Penyebab depresi

Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling umum di Amerika Serikat. Diperkirakan 10 hingga 15 persen dari populasi umum akan mengalami depresi klinis seumur hidup mereka. Dan Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 5 persen pria dan 9 persen wanita mengalami gangguan depresi pada suatu tahun tertentu.

Genetika dan Biologi

Studi kembar, adopsi, dan keluarga mengaitkan depresi dengan genetika. Sementara penelitian menunjukkan bahwa ada komponen genetik yang kuat, para peneliti belum yakin tentang semua faktor risiko genetik untuk depresi.

Kebanyakan peneliti menduga bahwa memiliki orang tua atau saudara kandung dengan depresi dapat menjadi faktor risiko untuk depresi

Ketidakseimbangan Kimia Otak

Depresi diyakini disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam neurotransmiter yang terlibat dalam pengaturan suasana hati.

Neurotransmitter adalah zat kimia yang membantu berbagai area otak berkomunikasi satu sama lain. Ketika neurotransmitter tertentu kekurangan pasokan, ini dapat menyebabkan gejala yang kita kenal sebagai depresi klinis.

Hormon Wanita

Telah banyak didokumentasikan bahwa wanita menderita depresi berat sekitar dua kali lebih sering daripada pria. Karena kejadian gangguan depresi memuncak selama tahun-tahun reproduksi wanita, diyakini bahwa faktor-faktor risiko hormonal mungkin menjadi penyebabnya.

Wanita sangat rentan terhadap gangguan depresi selama masa ketika hormon mereka dalam fluks, seperti sekitar waktu periode menstruasi, melahirkan, dan perimenopause. Selain itu, risiko depresi wanita menurun setelah dia mengalami menopause.
Berapa Banyak Orang yang Sebenarnya Terkena Depresi Setiap Tahun?

Gangguan Irama Circadian

Salah satu jenis depresi, yang disebut gangguan afektif musiman (secara resmi dikenal sebagai gangguan depresi mayor dengan pola musiman) diyakini disebabkan oleh gangguan pada ritme sirkadian normal tubuh.

Cahaya yang masuk ke mata memengaruhi ritme ini, dan, selama hari-hari musim dingin yang lebih singkat, ketika orang mungkin menghabiskan waktu terbatas di luar ruangan, ritme ini dapat terganggu.

Orang-orang yang tinggal di iklim yang lebih dingin di mana ada hari-hari pendek dan gelap mungkin berada pada risiko tertinggi.

Nutrisi buruk

Pola makan yang buruk dapat menyebabkan depresi dalam beberapa cara. Berbagai kekurangan vitamin dan mineral diketahui menyebabkan gejala depresi.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa diet rendah asam lemak omega-3 atau dengan rasio omega-6 yang tidak seimbang dengan omega-3 terkait dengan peningkatan tingkat depresi.
Selain itu, diet tinggi gula telah dikaitkan dengan depresi.

Masalah Kesehatan Fisik

Pikiran dan tubuh terhubung dengan jelas. Jika Anda mengalami masalah kesehatan fisik, Anda mungkin menemukan perubahan dalam kesehatan mental Anda juga.

Penyakit terkait dengan depresi dalam dua cara. Stres karena penyakit kronis dapat memicu episode depresi berat.

Selain itu, penyakit tertentu, seperti gangguan tiroid, penyakit Addison, dan penyakit hati, dapat menyebabkan gejala depresi.

Narkoba

Obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan gangguan depresi. Tetapi, bahkan beberapa obat resep telah dikaitkan dengan depresi.

Beberapa obat yang telah ditemukan berhubungan dengan depresi termasuk antikonvulsan, statin, stimulan, benzodiazepin, kortikosteroid, dan beta-blocker.

Penting untuk meninjau setiap obat yang telah Anda resepkan dan berbicara dengan dokter Anda jika Anda merasa depresi.

Pola Kehidupan yang Stres

Peristiwa hidup yang penuh tekanan, yang membanjiri kemampuan seseorang untuk mengatasinya, mungkin menjadi penyebab depresi.

Para peneliti menduga kadar hormon kortisol yang tinggi, yang disekresikan selama periode stres, dapat mempengaruhi neurotransmitter serotonin dan berkontribusi terhadap depresi.

Duka dan Kehilangan

Setelah kehilangan orang yang dicintai, orang-orang yang berduka mengalami banyak gejala depresi yang sama. Gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan kehilangan kesenangan atau minat dalam aktivitas adalah respons normal terhadap kehilangan.

Gejala kesedihan diperkirakan akan mereda seiring waktu. Tetapi ketika gejalanya memburuk, kesedihan bisa berubah menjadi depresi.

Artikel Terkait